Desa BATULAYAR : Sebuah Cerita Dari Kisah Tempo Dulu



Ilustrasi, sempatbaca.com


Sejarah itu penting. Jika kamu tak tahu sejarah kamu tak ubahnya seorang bayi yang baru dilahirkan


By : Masyhur, MS


SORE itu tampak cerah. Gemerisik daun tertiup angin seumpama petikan gitar berpadu suara merdu seorang penyanyi.  Mendengarnya serasa asyik. Syahdu. Kian syahdu berteman segelas kopi sore itu.


Sembari membolak-balik lipatan kertas di berugak sore itu saya membuka selembar undangan (Syukuran Pemdes Batulayar) yang dititip pada si bungsu. Hmm, "Entah siapa yang ngirim," kataku.


Saat membuka undangan itu, ingatan membawa saya pada sejarah masa lalu, salah satu 'desa' bernama Desa Batulayar. Desa inilah tempat kedua orang tua melahirkanku. Kampung Teloke, namanya. Dusun ini, salah satu bagian dari desa Batulayar.


Lalu, lahirlah catatan ringkas ini....


Kalau berangkat dari sumber-sumber yang saya peroleh, nama Batulayar ini sudah cukup lama. Bahkan kantor desa yang kini ditempati (kantor desa sekarang), dulu...ya dulu sekali awalnya adalah sebuah gedung perkoperasian. Dengan kata lain, ikon kantor desa adalah gedung koperasi. Koperasi itu bernama Koperasi Silaturrarhim. Dalam kaitan ini, jika ditelisik lebih jauh, koperasi ini sudah ada sejak jaman pemerintahan Soekarno-Hatta. Ini boleh jadi benar, sebab, jamannya pak Hatta, koperasi begitu digalakkan.


Desa Batulayar sendiri, merupakan pecahan dari desa Senteluk. Hal ini terjadi kisaran tahun 1961. Seiring kemudian, Batulayar melahirkan banyak desa. Artinya beberapa kawasan memilih lepas dari desa induk, antara lain ; Batulayar Barat dan desa Senggigi. Dan belakangan, sejumlah dusun juga hendak mekar, dan tergabung dalam desa Persiapan : Desa Penanggak.


Sejauh informasi yang saya peroleh, desa Batulayar (Induk) ini, telah sekian kali berganti kepemimpinan hingga saat ini. Beragam corak, karakter dan pola kepemimpinan telah diterapkan masing-masing kepala Desa.


Sebagai kepala desa (Kades) pertama, roda pemerintahan desa dijabat oleh sosok bernama H. Hafid. Konon, H. Hafid ini saingan dengan kondidat bernama Wayan Pucat. Sayangnya, Wayan Pucat tak bisa mengalahkan ketokohan seorang Hafid. Dalam perjalanannya, Hafid tak memimpin begitu lama. Ia hanya duduk di Pemdes waktu itu sekitar setahun.


Kepemimpinan dilanjutkan lagi oleh sosok bernama H. Abd Hamid. Di masa Abd Hamid, roda pemerintahan dilaksanakan di rumahnya sendiri. Tepatnya di bawah bukit Tak Sin (Warung Papuk Tuan Tarsiyah) Di situlah roda pemerintahan dikendalikan. Masa jabatan sang pemimpin bernama Abd Hamid, berakhir sekitar tahun 1968.




Selepas itu, terjadi kekosongan pemerintahan. Hari berganti, minggu dan bulan. Akhirnya, ditunjuklah seorang bernama H Abd Wahab. Mengenai Abd Wahab, konon ada yg bilang bahwa ia adalah eks pemerintahan (pegawai kalo bahasa sekarang). Karena eks pegawai, ia pun sepertinya dengan gampang bisa meraih posisi seorang Kades. Tak berselang lama--ia pun menjadi orang nomor wahid di Batulayar. Sebuah desa yg begitu luas wilayahnya, kaya akan hasil pertanian dan perkebunan. Ditunjuknya seorang Wahab, tak terlepas karena dialah yang dianggap cocok dari segi pengalaman, pengetahuan. Tapi wajar saja, lantaran warga masyarakat kala itu, minim pendidikan.


Di masa Abd Wahab itulah, roda pemerintahan dikendalikan melalui gedung--atau sebut saja Gudang Koperasi (Gudang koperasi sebagaimana saya beberkan di pembuka tulisan).


Di sekitar Gedung koperasi, dulu...ini dulu dulu sekali ya guys, sekelingnya ditumbuhi bejibun pohon Pre, dan pohon Asem. Sedang di sebelah barat, terdapat areal sawah sejauh mata memandang hingga bola mata menembus pantai di barat sana. "Aduhai indahnya panorama pantai saat dulu kala," gumamku.


Singkat cerita, selain figur-figur hebat yang saya dedah di atas, kepemimpinan posisi Kades--dinakhodai oleh nama-nama berikut : Pak Muhid, Pak Imanul Yakin, H Satar (Kekeran), H. Halil, H. Sadia (Batulayar), bapak Hasmirin, H Taufiq. Dan kini, roda pemerintahan dilanjutkan anak muda bernama Masnun.


Sampai di sini dulu guys...Tentang dusun Teloke bagaimana? Lain kali saya ulas.


sekelingnya ditumbuhi bejibun pohon Pre, dan pohon Asem. Sedang di sebelah barat, terdapat areal sawah sejauh mata memandang hingga bola mata menembus pantai di barat sana

Bikin catatan-catatan kecil begini, saya jadi teringat kata-kats seorang penulis yang penulis naskah drama berkebangsaan Amerika bernama Howard Zinn. Zinn bilang, "Sejarah itu penting. Jika kamu tak tahu sejarah kamu tak ubahnya seorang bayi yang baru dilahirkan".


So, jangan pernah lupakan sejarah. Hormatilah para tetuamu dulu yang pernah bergumul dalam dekap putaran waktu yang tiada henti.

Post a Comment

Previous Post Next Post