Hidup Ini Ladang Ujian Bagi Setiap Insan ; Refleksi dan Renungan Kejadian di Sekitar Kita



Ilustrasi, sempatbaca.com


Ketika kamu memahami bahwa hidup adalah ujian, kamu akan menjadi lebih sabar dalam menghadapi cobaan (Imam Al-Ghazali)


DENGAN dalih apapun, tak ada yang membantah bahwa tindakan pelecehan, pencabulan atau bentuk kekerasan lainnya sebagai sebuah kejahatan. Itu jelas : laku biadab. Bejat. Itu tak tertolak, lantaran melanggar etika sosial, nilai dan norma. Itu perbuatan dosa. Tuhan pasti tak suka itu.


Tapi cukuplah. Bagi saya itu tak perlu diperdebatkan. Memang tak perlu, sebab udah jelas beda, mana benar mana salah.


Bahwa perbuatan seperti disebut di awal tulisan, itu dosa, itu salah, jelas. Lagi sekali jelas... Ditambah lagi, jika  kejelasan 'perbuatan/kasus' itu nantinya memang terbukti menurut pihak-pihak yang punya kewenangan menelisik 'benar' dan 'tidaknya'  kasus yang terjadi.


Tetapi sesekali, bahkan mungkin berkali-kali kita perlu punya perspektif beda bahwa pada berbagai case (fenomena kejahatan), dalam kehidupan itu merupakan manifestasi ujian bagi manusia (si pelaku). Kalau itu ujian, ia juga berarti musibah. Musibah bisa dalam bentuk kebaikan dan keburukan. Seseorang yang diberikan ujian oleh Tuhan, dianggap kuat menghadapi ujian itu oleh Allah. Terselip pesan hikmah, "Mungkin pasca kejadian serta pemberian hukuman moral pada si pelaku suatu ketika nanti ia menyadari dan kesadarannya semakin tinggi untuk mendekatkan diri pada Tuhan.  Lebih dekat dari kita". Ibnu Taymiyyah pernah berujar, "Rahmat Allah lebih luas daripada dosa-dosamu".


Lebih dari itu, toh kita bisa memetik hikmah (pelajaran) atas setiap fenomena hidup manusia.


Terhadap aneka ragam perilaku buruk (biadab sekalipun) Kita tak sepatutnya menghakimi, mencemooh dan menghina pelaku secara berlebihan. Silahkan kalau cemooh, sekedar saja. Kalau tak terbendung rasa untuk tidak membenci, maka kutuklah dia. Tapi sekedar. Biarlah itu menjadi urusannya dengan Tuhan. Termasuk resiko yang ditanggungnya saat berurusan dengan hukum dunia dan tatanan sosial yang berlaku. Dalam kasus yang menimpa Ketua Yayasan di salah satu lembaga di Lobar, AF--atau mungkin suatu kesalahan yang diperbuat saudara-saudara kita di luaran sana menerima hukuman dari perbuatannya, tak lain resiko yang harus dipikulnya. Pada titik ini, konsep causalitas (sebab-akibat) menemukan tempatnya.

Orang bijak bilang, hidup ini adalah ladang ujian


Setiap orang punya potensi untuk berbuat dosa. Dosa pun banyak. Tidak hanya persoalan itu. Ya korupsi, merampok.  Ya, judi, membunuh, mengeksploitasi, ya menggunakan kekuasaan untuk menindas dan menghalakan segala acara untuk menang 'ini' dan 'itu'. Dan yang lain-lain banyak juga. Hanya saja, kan Tuhan belum menunjukkan kita (anda atau siapa saja) kepada mahluk ciptaannya yang lain: aib kita itu. Kebobrokan kita itu ini. Artinya bahwa kita juga punya dosa. Yang sering juga tak luput atas hal-hal yang tentu sekali tak disukai sang pencipta, Allah.
**


Hidup punya konsekuensi masing-masing. Tak ada yang tak beresiko dalam hidup ini. Baik-buruk suatu perbuatan mengandung dampak dan kesusahan. Saat kita melampui batas-batas dari hukum-hukum yang telah ditentukan kita akan mengalami berbagai akibat (Fareed Ahmad, 2004 : 136).  Begitu halnya perbuatan buruk melanggar perintah Tuhan, imbasnya, derita demi derita yang dialami. Tak henti disitu, perasaan cemas dan takut seakan terus menghantui. Rasa itu akan terus menghantui manakala berada dalam pesakitan 'balik jeruji'.
Tetapi apapun itu, termasuk penderitaan, terdapat hal-hal positif yang dapat diselami seseorang sebagai apa yang muncul dari apa yang kita lihat sebagai penderitaan. Seperti diketengahkan Fareed, penderitaan berperan : a) mengarahkan tindakan kembali kepada jalan Tuhan; b)  berperan menguji iman dan membangun kekuatan karakter; dan c) sebagai sarana niscaya untuk mengalami perasaan sebaliknya berupa rasa senang dan bahagia.
**


Manusia adalah makhluk yang kompleks dan memiliki kemampuan untuk membuat pilihan. Namun, kemampuan ini juga membawa konsekuensi bahwa manusia dapat melakukan kesalahan. Kesalahan-kesalahan ini tidak hanya berdampak pada orang lain, tetapi juga pada diri sendiri.


Namun, kesalahan juga dapat menjadi pelajaran berharga. Dengan mengakui dan belajar dari kesalahan, manusia dapat tumbuh dan menjadi lebih bijak. Kesalahan dapat menjadi kesempatan untuk refleksi dan introspeksi, sehingga manusia dapat memahami apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya.


Akhirnya, semoga Allah menjauhi kita dari hal-hal yang tidak baik. Semoga juga orang yang ditimpa ujian, diberikan kekuatan untuk menghadapi rentetan ujian demi ujian. Seperti diungkapkan Jalaluddin Rumi (1207-1273 ) bahwa hidup adalah ujian, dan kesabaran adalah kunci kelulusan.


*) Masyhur, Berkhidmat di UNU NTB dan Founder Intisa Foundation

Post a Comment

Previous Post Next Post